Sekitar 1400 tahun yang lalu Nabi Muhammad telah mengajarkan kepada kita bahwa 9 dari 10 pintu rezeki berasal dari perdangangan. Dengan kata lain berarti yang menguasai 90 % pintu rezeki itu adalah para pedagang atau pebisnis. Hal ini tentu sejalan dengan fakta yang terjadi di dunia ini.
Dari daftar 100 List of Word’s Billionaires atau orang terkaya yang dikeluarkan oleh Forbes, lebih dari 90% adalah seorang business owner seperti Bill Getes (USA), Laksmini Mittal (India) dan Carolos Lim (Meksiko), atau seorang infestor macam Werrent Buffet (USA). Di Indonesia juga demikian, nama-nama orang terkaya di Indonesia adalah para pengusaha.
Menurut pengertian dari Dr. David McCallend dari Harvard University dalam buku “The Achieving Society” satu negara dapat mencapai suatu kemakmuran dan kesejahteraan jika minimal dari 2% dari jumlah penduduknya menjadi pengusaha. Hal itu berarti, Indonesia membutuhkan sekitar 5 Juta dari 230 juta penduduknya untuk menjadi seorang pengusaha. Akan tetapi fakta yang ada ternyata seperti jauh api dari panggang.
Menurut data yang disampaikan, jumlah total pengusaha Indonesia saat ini adalah hanya sekitar 450.000 pengusaha atau 0,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Sebagai perbandingan America memiliki pengusaha lebih dari 12% Singapura 8% Jepang dan China lebih dari 7%.
Faktor lingkungan dan pendidikan memengaruhi seseorang untuk menjadi apa dia ke depannya. Salah satu pengusaha terkenal Indonesia, Bapak Ir. Ciputra dalam suatu kesempatan pernah mengatakan bahwa akar dari kemiskinan di Indonesia bukan semata karena minimnya akses pendidikan, melainkan karena system di negara ini tidak mengajarkan dan menumbuhkan jiwa entrepreneur dengan baik.
Pendidikan tinggi di Indonesia mungkin lebih banyak mencetak generasi pencari kerja daripada penyedia lapangan kerja. Akan tetapi, nasib meski Tuhan yang menentukan, tapi juga bergantung kepada usaha kita!
Dikutip dari buku Note’s From Qatar oleh Muhammad Assad. (Baca juga di sini)
post by Sinna Sa'idah Az-Zahra (saidah.real@gmail.com)
0 komentar:
Posting Komentar